Kalau mau belajar akuntansi
untuk pertama kalinya, sebaiknya dari mana mulainya? Ini pertanyaan
yang lumrah dan sering diajukan, tetapi sungguh sulit untuk dijawab.
Memang ada syllabus dalam setiap sekolah, kampus atau tempat kursus yang
khusus mempelajari Akuntansi. Tetapi, apakah syllabus itu
sungguh-sungguh mampu memberi petunjuk yang dapat membuat setiap pelajar
atau mahasiswa untuk mengerti Akuntansi dengan mudah?
Entahlah. Limabelas tahun perjalanan karir saya di bidang Akuntansi,
cukup memberi saya gambaran betapa lemahnya syllabus Akuntansi yang
banyak tersedia saat ini. Entah asal-asalan atau terlalu bertele-tele
hingga hanya meninggalkan kebingungan bagi banyak bahasiswa.
Hal itu jelas tampak ketika saya merekrut pegawai Akunting, dimana
kebanyakan dari mereka (terutama yang baru lulus) masih bingung hanya
untuk mengklasifikasikan transaksi keuangan, apalagi untuk menjalankan proses Akuntansi yang sesungguhnya.
Untuk memulai, hal yang paling utama dan wajib diketahui adalah: Akuntansi adalah alat (bukan hukum)
Ya. Akuntansi adalah alat yang membantu pengguna untuk memahami
posisi keuangan perusahaan (memperoleh laba atau merugi). Bukan hukum.
Misalnya: anda seorang pemilik usaha kecil menjalankan bisnis tunggal.
Tidak apa-apa jika anda merekam penerimaan dan pengeluaran kas di kolom
yang sama (meskipun persamaan akuntansi mengatakan bahwa anda harus
mencatat mereka di sisi yang berbeda), asalkan anda mampu membedakan
mana uang yang diterima dan mana yang dibelanjakan. Anda tidak akan
masuk penjara hanya karena anda tidak mengikuti rumus persamaan
akuntansi.
Juga, tidak ada yang sungguh-sungguh ‘salah dan benar’ dalam
akuntansi. Katakanlah bahwa sebuah perusahaan membuat Laporan Laba Rugi
yang menunjukan laba sebesar Rp 10 Juta. Apakah angka laba itu benar
atau salah?
Lalu anda memeriksa, menelusuri dan menggali setiap angka terkait untuk
membuktikan apakah laba 10 juta itu benar atau salah. Dalam pemeriksaan
tersebut kebetulan anda menemukan fakta bahwa ada kesalahan dalam
memnukukan transaksi persediaan, Rp 200,000 lebih besar dari
‘seharusnya’.
Pertanyaannya: Metode
Harga Pokok Penjualan (HPP) apa yang dipakai? Mungkin anda mengatakan
‘FIFO’. Bagaimana jika pembukuan menggunakan perhitungan fisik?
Itu artinya, setiap perbedaan yang muncul dalam Akuntansi
bukan semata-mata tergantung pada angka-angka, melainkan juga tergantung
pada metode dan standar Akuntansi yang dipakai. Perlu diketahui bahwa,
ada berbagai macam metode dan standar Akuntansi yang dipakai, dan setiap
orang (perusahaan) dapat memilih salah satunya sepanjang diterapkan
secara konsisten. Jadi intinya, bukan soal salah-atau-benar. Melainkan
sesuai atau tidak sesuai dengan standar tertentu, konsisten atau tidak
konsisten dalam menerapkan suatu standar.
Itulah sebabnya mengapa “Pendapat Akuntan” dalam Laporan Audit bukan
salah atau benar. Melainkan “wajar-atau-tidak wajar”, tidak seperti KUHP
yang mengatakan benar-atau-salah. Wajar-atau-tak wajar yang dimaksudkan
oleh Akuntan selalu merujuk pada standard an metode Akuntansi tertentu.
Di Indonesia misalnya, selalu merujuk pada ‘Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Penerapan standar akuntansi menjadi wajib ketika badan otiritas
tertentu mewajibkannya berdasarkan perundang-undangan. Misalnya:
Perusahaan-perusahaan berstatus go-publik (tercatat di bursa saham)
wajib menerapkan PSAK. Lembaga penyedia kredit (pinjaman), bank
misalnya, dalam banyak hal juga mensyaratkan perusahaan untuk menerapkan
PSAK secara ketat.
Keharusan-keharusan tersebut dimaksudkan agar pihak ketiga (investor,
pemegang saham, pemberi kredit, ditjend pajak, dsb) bisa memahami
laporan keuangan perusahaan secara pasti, tidak bingung akibat metode
pencatatan dan pelaporan yang tidak sesuai dengan metode dan standar
yang ditentukan.
Kembali ke masalah pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas.
Katakanlah anda mencatat setiap transaksi di kolom yang sama. Sekali
lagi, jika ini perusahaan kecil (tidak berstatus go publik), tidak
masalah. Lalu, pada akhir bulan anda ingin tahu apakah bisnis anda
untung atau rugi. Jika jumlah transaksinya sedikit tentunya anda tinggal
menjumlahkan semua penjualan, lalu dikurangi dengan jumlah semua
pengeluaran (biaya). Maka anda akan memperoleh angka pasti apakah untung
atau rugi dan berapa besarnya. Bagaimana jika anda memiliki ribuan
transaksi dalam satu bulan? Anda pasti membutuhkan alat untuk membantu
anda untuk mencatat, dan mengelola keuangan perusahaan. Disinilah fungsi
Akuntansi menjadi vital sifatnya.
Sehingga secara keseluruhan, Akuntansi bukanlah hukum, melainkan
alat. Lanjutan seri dasar ini, akan membahas tentang hal-hal apalagi
yang perlu perlu diketahui jika ingin belajar Akuntansi.
sumber: jurnalakuntansikeuangan.com
No comments:
Post a Comment