LENSAINDONESIA.COM: Selepas putaran pertama, kompetisi Proliga 2013 semakin memperlihatkan besarnya pengaruh pemain asing bagi setiap tim. Entah pengaruh buruk, entah pengaruh baik, keduanya menjadi satu pembelajaran berharga bagi 14 tim yang kini berlaga di kompetisi itu.
Dari empat seri yang sudah digelar, Surabaya Samator mendominasi di klasemen tim putra. Sementara, Jakarta Popsivo PGN merebut kembali puncak klasemen putri setelah sempat tercecer. Dinamika kompetisi yang sudah bergulir sejak medio bulan Februari 2013 itu tampaknya masih tak jauh dari ajang bongkar-pasang pemain dan pelatih impor.
Baca juga: Duo Jatim Tembus The Big Four dan Samator Memilih Untuk Tak Meliburkan Pemainnya
Palembang Bank Sumsel memulangkan Adonis Hehera Morelo ke negara asalnya, Brasil. Dia digantikan pemain Argilagos Sogo Yusnaikel. Sementara itu, pelatih Jakarta Pertamina Energi, Shailen Ramdoo tidak boleh betah di Indonesia setelah didepak pulang kembali ke Prancis. Tim itu justru akhirnya memilih pelatih lokal, Rohadi Mulyo. Rekam jejak Mulyo memang jelas kentara saat membawa Semarang Bank Jateng masuk dalam posisi juara dua musim lalu.
Dua pelatih Cina yang sebelumnya menangani tim putra dan putri Jakarta BNI 46 juga bernasib serupa. Wu Xiao Li dipulangkan lantaran susah berkomunikasi dengan pemain di tim putri. Begitu juga dengan Hu Xinyu yang dipulangkan karena tidak cocok dengan para pemain asing tim putra. Padahal Mr. Hu — begitu biasa dia dipanggil — sudah pernah mantap salah satu peserta legendaris proliga Surabaya Samator selama lima tahun.
Nama Hu Xinyu sebenarnya tidak asing di dunia voli Indonesia. Namanya bahkan pernah dipercaya untuk membesut tim nasional Indonesia saat berlaga di SEA Games 2007. Dominasi para pemain klub Surabaya Samator di dalam tim nasional memang pas bagi Xinyu yang sudah lama mengenal karakteristik para pemain. Medali emas pun bisa mampir ke tangan tim putra Indonesia kala itu.
Namun, masalah cocok tidak cocok memang sulit dipukul rata. Hasilnya, pilihan yang dibuat manajemen Jakarta BNI 46 untuk mencoba kehebatan dua pelatih asal Cina di dua timnya tidak berhasil. Pemain asing asal Argentina, Daniela Gildenberger, tak bisa bertahan lama di tim putri Jakarta TNI AU juga lantaran tak cocok dengan pelatih Nelson Noak.
Dinamika dalam setiap tim musim kompetisi 2013 ini cukup menarik mengingat perjuangan untuk mendapatkan pemain atau pelatih asing tidaklah mudah. Apalagi, sejak musim ini diberlakukan aturan yang lebih ketat urusan kedatangan orang-orang asing ini. Mereka diharuskan memiliki Kartu Izin TInggal Terbatas (KITAS) yang biasa dimiliki para ekspatriat. Selain itu para pemain juga harus menyelesaikan ITC.
Sebelumnya, tertib administrasi semacam ini belum berlaku dan seakan-akan membuat para pemain/pelatih asing tersebut bukanlah ekspatriat. Mereka seperti dibebaskan dari kewajiban untuk melengkapi persyaratan administrasi sebagai pekerja meski mendapatkan bayaran dari jerih payahnya bermain di dalam tim yang diikutinya.
Tetapi, sebenarnya ada yang terpenting dari masalah administrasi seperti itu. Kehadiran pemain asing selalu menjadi hal pokok yang ingin ditonjolkan setiap tim peserta Proliga. Keinginan untuk membentuk tim yang kuat selalu berada di benak manajemen masing-masing tim yang berlaga di kompetisi paling bergengsi di Indonesia ini.
Jumlah maksimal tiga pemain asing kerap dipenuhi masing-masing tim dan sebisa mungkin sudah bisa hadir dalam pertarungan di seri pertama liga. Ketatnya aturan main mendatangkan orang-orang asing ini pun sempat membuat resah beberapa tim karena merasa akan kehilangan amunisi terbaik mereka.
Nyatanya, kehadiran pemain asing ataupun besutan pelatih asing tidak menjadi harga mati. Seperti yang dialami tim putra Jakarta BNI 46 yang sukses meraih kemenangan setelah Hu Xinyu tak lagi hadir di bangku pelatih pada laga kontra Jakarta Sananta Indocement, Minggu (18/3) lalu. Jakarta BNI 46 bisa menutup putaran pertama dengan harapan besar menjelang putaran kedua yang akan dimulai di GOR Tri Darma Gresik pada 22 Maret 2013 meski kini berada di peringkat di atas peringkat terbawah.
Tim putra lainnya, Jakarta Pertamina Energi juga akhirnya memercayakan para pemainnya di tangan pelatih lokal. Keputusan itu cukup membantu setelah 10 poin bisa terkumpul dari putaran pertama dan membawa Jakarta Pertamina Energi ke peringkat lima klasemen sementara.
Memang ada tim lain yang tetap tak bisa kehilangan daya sentuh asing di dalamnya. Seperti Manokwari Valeria Papua Barat yang langsung loyo setelah tidak diperkuat Regia Bell dan Cindy Ramirez. Asisten Manajer Valeria Roy Roger bahkan telah melihat kedua pemain itu sebagai nyawa dalam tim. “Imbasnya bukan masalah teknik saja, namun juga masalah mental bertanding kepada seluruh tim,” kata Roy.
Atau, tim putra Palembang Bank Sumsel Babel yang tak berkutik setelah pemain impornya, Poey Romero Raydel, sedang tak maksimal. Manajemen pun tak mau kapok untuk menambahkan amunisi pemain impor meski sudah tak cocok dengan salah satu pemain impornya, Adonis Herera Morelo.
Pemain impor bisa saja menjadi nafas utama tim-tim dalam kompetisi elit ini. Namun, bagaimana pun juga ini merupakan olahraga tim yang juga memiliki banyak faktor yang mempengaruhi kekuatan tim itu sendiri. Jika pemikiran bahwa impor pemain/pelatih masih menjadi harga mati untuk melesatkan tim sebagai yang terbaik, bongkar-pasang di dalam tim tidak seharusnya terjadi.
Catur Prasetya @lensaindonesia 21 Mar, 2013
enclosure:
-
Source: http://www.lensaindonesia.com/2013/03/21/pemain-dan-pleatih-asing-masih-dominan.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
No comments:
Post a Comment