LENSAINDONESIA.COM: Pendidikan dianggap masih menjadi persoalan dalam mencetak generasi penerus bangsa yang berkompeten. Perlu adanya formulasi baru desain pendidikan di Indonesia dan daerah dalam meningkatkan daya saing.
Anggota Komisi E DPRD Jatim, Saleh Ismail Mukadar, mengaku tidak sepakat jika Ujian Nasional (Unas) menjadi patokan utama menentukan nasib dan masa depan siswa. Artinya jika ada siswa yang tidak lulus, bukan berarti masa depan mereka terhambat.
Baca juga: Pemenang Pilkada Tulungagung Malah Dipecat dari DPRD Jatim dan Pemerintah Tak Serius Selenggarakan Unas
“Di berbagai negara yang pernah kita kunjungi tidak ada konsep Unas menentukan kelulusan. Dalam Unas pasti ada upaya sekolah meluluskan 100 persen siswanya,” pungkasnya, Jumat (15/3/2013).
Untuk meningkatkan daya saing, pemerintah juga perlu meningkatkan kerjasama dengan pihak luar seperti perusahaan atau instansi yang terkait dengan konsep pendidikan. Disitu, siswa lebih dimatangkan mentalnya menghadapi dunia kerja.
Sebab, selepas siswa tersebut lulus dari jenjang pendidikan tinggi SMA, SMK dan sederajat. Mereka berkompetisi mencari pekerjaan yang sesuai latar belakang pendidikannya. “Alat ukur pendidikan tinggi bukan cuma anak didik. Tapi semua menjadi alat ukur,” tandasnya.
Namun demikian, pihaknya mengaku akan mengawal proses pelaksanaan Unas yang akan diselenggarakan pada April mendatang. Menurutnya, pemerintah perlu lebih serius dalam menerapkan aturan baru pelaksanaan unas.
“Kami justru khawatir dengan persoalan yang sedang dihadapi seperti tender percetakan yang disanggah dan SK pengawas universitas justru jadi hambatan pelaksanaan unas,” akunya. @Panjichuby_666
Rizal Hasan @lensaindonesia 15 Mar, 2013
enclosure:
-
Source: http://www.lensaindonesia.com/2013/03/15/komisi-e-dprd-jatim-anggap-unas-bukan-patokan-masa-depan-siswa.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
No comments:
Post a Comment