Saturday, March 16, 2013

Warga 23 Desa di Pacitan Masih Berak Sembarangan

LENSAINDONESIA.COM: Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan mesti berbenah. Sebab, program penuntasan buang air besar sembarangan (BABS) di Pacitan yang digulirkan sejak 2007 silam ternyata berjalan lambat.

Bersarkan data yang ada, hingga saat ini masih ada 23 desa yang belum ODF (Open Defeaction Free).

Baca juga: Pacitan Butuh Raperda Pendidikan dan Kesehatan dan Pemkab Pacitan Siapkan Rp 10 Miliar untuk Mengentas Kemiskinan

“Ke-23 desa tersebut masih buang air besar sembarangan,” kata Kabid P2PL (Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) Dinas Kesehatan (Dinkes) Pacitan, Bambang Widjanarko.

Sebanyak 23 desa tersebut tersebar di wilayah Kecamatan Ngadirojo, Nawangan, Tulakan, dan sebagian wilayah Kecamatan Kota.

Sampai saat ini warga masih memanfaatkan pekarangan, sungai, maupun selokan sebagai lokasi BABS . “Akibatnya, banyak warga terjangkit diare,” terangnya.

Menurutnya, kebiasaan warga BABS tersebut sulit dihilangkan. Sebab, selain keterbatasan jumlah jamban, sulitnya mendapat air juga merupakan kendala lain sulitnya warga lepas dari BABS.

Padahal, penyakit diare yang merupakan akibat gaya hidup tidak sehat itu timbul karena kebiasaan buruk warga sendiri. “Kotoran manusia yang buang air besar sembarangan bercampur dengan air yang akhirnya dikonsumsi warga dan menyebabkan
diare,” bebernya.

Pihak Dinkes akan merampungkan program penuntasan BABS tahun ini. “Untuk bisa memenuhi target kami bekerjasama dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan mahasiswa untuk ikut memicu kesadaran warga,” terangnya.

Namun, kerja sama dengan mahasiswa pun dinilai tidak memberi banyak perubahan. Apalagi pihak Dinkes tidak berwenang memberi bantuan jamban. “Kita hanya bertugas merubah kebiasaan, bukan membuat jamban,” terusnya.

Kendati menemui banyak kendala karena sulitnya merubah kebiasaan warga, namun pihak Dinkes optimis tahun ini program bebas buang air besar sembarangan rampung. Sebab, sejak 2007 sebanyak 148 desa di delapan kecamatan sudah dinyatakan ODF. Mulai di
wilayah Donorojo, Punung, Pringkuku, Tegalombo, Arjosari, Kebonagung, Sudimoro, dan Bandar.

Sebelumnya, ungkap dia, upaya merubah kebiasan warga untuk BAB di jamban maupun WC sulit dilakukan. “Syukurlah ternyata usaha tersebut membuahkan hasil positif,” tandasnya.@rachma

alexa ComScore Quantcast Google Analytics NOscript

Rizal Hasan @lensaindonesia 16 Mar, 2013
enclosure:


-
Source: http://www.lensaindonesia.com/2013/03/16/warga-23-desa-di-pacitan-masih-berak-sembarangan.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

1 comment:

  1. ngiseng sor pring tanggane mureng mureng nda

    ReplyDelete