Mega pulalah yang mengecor jasad Suprihatin di dalam kamarnya. Dugaan sementara, Mega tega membunuh karena ingin menguasai harta benda korban. “Kita menyimpulkan yang membunuh Suprihatin adalah Mega Pratama,” ungkapnya, Kamis (14/02/2013).
Baca juga: Teka-Teki Terungkap, Mega Ternyata Tewas Ditusuk Ayahnya Sendiri dan Keberadaan Pacar Korban Pembunuhan di Ponorogo Masih Misterius
Kompol Trisaksono menyatakan, motif sementara yang cukup kuat adalah Mega ingin memiliki harta benda milik Suprihatin. Penyataan Wakapolres tersebut juga menepis anggapan sebelumnya bahwa pembuhan dilatarbelakangi asmara.
Dugaan itu diperkuat dari penjualan telepon seluler milik Suprihatin oleh Mega. Barang bukti telepon genggam itu kini telah diamankan oleh polisi beserta uang hasil penjualan ponsel sebesar Rp 600 ribu.
Harta lain milik Suprihatin yang juga sempat berpindah ke tangan almarhum Mega adalah sebuah laptop yang kini keberadaannya sedang ditelusuri. Selain itu, motor dengan nomor polisi AE 6313 SD juga ditemukan di rumah mahasiswa Tehnik Informatika Universitas Muhamadyah Ponorogo, Jawa Timur itu.
Menurut Trisaksono, keterangan sejumlah saksi menyatakan, sebelum meninggal, Mega memang sedang didera banyak persoalan. Baik persoalan keuangan, maupun persoalan yang lain. Mega diduga gelap mata saat mengincar harta Suprihatin untuk dijual sehingga pembunuhan pun terjadi.
Adik Mega, Muhammad Tegar Sendy Prakasa mengatakan, ibunya, Lilik Mariyani (50), sempat mendengar suara ribut antara kakaknya dengan seorang wanita di kamarnya. Seingat dia, kejadiannya pada Senin (28/01/2013) siang sekitar pukul 11.00 siang.
“Waktu itu, ibu katanya sempat mengetok pintu kakak (Mega). Tapi setelah itu suara ribut-ribut hilang. Mas keluar dari kamar dan marah-marah ke mama,” ungkap Tegar.
Saat itu, lanjut Tegar, ibunya juga berusaha mengintip dari jendela kamar namun tertutup tirai. Tapi di kamar sebelah yang kebetulan kosong, hanya ada motor yang diketahui belakangan sebagai Suprihatin.
Fakta lain menyebutkan, pada Jumat (01/02/2013) Tegar melihat Mega membawa ember berisi adonan semen dan alat pengaduk. “Saya melihat Mas (cara Tegar memanggil Mega) bawa eber itu dan masuk kamar,” ucapnya.
Diduga kuat adonan semen dan alat pengaduk tersebut digunakan untuk mengecor lantai kamar dan tanah yang sudah digali atau untuk mengubur mayat Suprihatin.
Sementara itu, Lilik Mariyani sampau hari ini masih menjalani pemeriksaan intensif sebagai saksi atas kasus pembunuhan berantai ini.
Mustakin, saksi lain yang masih kawan dan tetangga Mega, mengaku Mega pernah meminjam linggis kepadanya. Kala itu hari Kamis (31/01/2013) sore. Dan linggis itu, kata Mustakim, baru dikembalikan esok harinya, Jumat (01/02/2013) sore hari.
“Katanya untuk membetulkan saluran kamar mandinya yang tersumbat,” ujar Mustakim. Diduga kuat linggis inilah yang dipakai menggali lantai tanah kamar dan kemudian mengubur mayat Suprihatin.
Diberitakan sebelumnya, Suprihatin ditemukan tewas terkubur di lantai kamar Krisnanda Mega Pratama di Desa Karanggebang, Kecamatan Jetis, Selasa siang (12/02/2013).
Jenazah mahasiswi Fakultas Pendidikan Universitas Muhamadyah Ponorogo baru wisuda tahun lalu itu tidak sengaja ditemukan saat polisi tengah melakukan oleh TKP di rumah almarhum Mega, yang seminggu sebelumnya ditemukan tewas dengan luka tusuk di pingir sungai Keyang, Desa setempat.
Diketahui, Mega Pratama tewas dan dibuang dipinggir sungai oleh Eko Budianto, ayah kandungnya sendiri yang dibantu seorang tetangga korban bernama Udin. @arso
Mohammad Ridwan @lensaindonesia 15 Feb, 2013
enclosure:
-
Source: http://www.lensaindonesia.com/
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
No comments:
Post a Comment