LENSAINDONESIA.COM: Bu Asiah (58) ini janda “tangguh” ibunda 8 anak. Di tengah situasi ekonomi cukup sulit bagi masyarakat lapis bawah ini, dia
termasuk “perempuan tangguh” berasal Desa Keraton blok Batulayang Rt. O2/03, Kecamatan Suranenggala, Cirebon.
Bagaimana tidak. Kesehariannya senantiasa “gigih” mengais rejeki “halal” bukan hanya menjadi perajin biting bambu. Tapi, ia juga memasarkan sendiri ke Pasar Celancang, Cirebon. Hasilnya rata-rata per hari Rp 32 ribu sampai Rp 35 ribu.
Baca juga: Polres Cirebon Kota amankan dump truk muatan 400 liter solar dan Bimbo ditanggap wartawan, 'sejukkan' pejabat Cirebon
Meski besaran penghasilan ibu ini bila dibanding masyarakat yang biasa makan di resto, setara harga satu gelas jus, toh uang Rp 35 ribu itu masih bisa diharapkan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari bagi kedelaan anaknya.
Rinciannya begini, untuk beli beras –dimasak untuk makan sekeluarga sehari 2 kali– Rp 16 ribu, masak sayur mayur (lengkap denga bumbu) dan lauk pauknya Rp 3 ribu sampai Rp 10 ribu, beli gula dan kopi Rp 5 ribu, ini belum termasuk beli tabung gas. Sisanya biasanya 5 sampai Rp 10 ribu
ditabung buat bayar sekolah, dan lain-lain.
Sehari dalam mengais rezeki itu, menurut Bunda Asiya ini, ia biasa mengawali dengan membeli bahan satu batang bambu seharga Rp 14
ribu. Kemudian, ia dan anak-anaknya memotong sampai kecil-kecil dan menyisir hingga berbentuk biting. Satu bambu itu bisa menjadi 8 Kg.
“Satu kilo bambu dijual Rp 8 ribu,” kata Bu Asiah.
Belakangan, Bu Asiya sering galau dan sedih menghadapi gunjingan masalah kenaikan BBM. Sebab, ia tak bisa membayangkan apa yang bakal dialami saat terjadi kenaikan itu. Mengingat, saat ini saja dagangannya agak “seret”.
Pedagang di pasar yang biasa beli bitingnya mulai surut. Begitu pula, para pembeli dari kalangan pedagang di luar pasar yang biasa menggunakan biting untuk dagangan mereka. Misal, pedagang makanan yang biasa menggunakan daun, atau penjual bumbu yang juga menggunakan bahan daun sebagai pembungkus. Pembeli biting menyusut itu bisa jadi lantaran tidak lagi menggunakan daun sebagai pembungkus. Lataran diganti kertas, sehingga tak jarang yang mengganti biting dengan strepless.
Akibat kondisi itu, Bu Asiya mengeluh penghasilannya tak jarang suka turun dari Rp 35 ribu per hari. “Sekarang untuk menghidupi anak saya sehari-hari, kadang tidak cukup,” Curhat Bu Asiyah saat ditemui LICOM, Minggu (12/05/13).
Lantaran untuk biaya hidup tak cukup, anaknya terpaksa tidak bisa melanjutkan pendidikan SMA. Salah satu anak gadisnya yang biasa dipanggil
Sri (18) yang sempat duduk di bangku SMA pun juga kandas, dan akhirnya harus puas mengikuti program pendidikan paket C.
“Di teve-teve, Bapak-bapak pejabat selalu pidato membantu orang miskin. Omong kosong. Saya ini 35 tahun jualan sisir bambu, tak pernah sepeser pun menerima bantuan Bapak-bapak pemerintah,” kata Bu Asiya, nadanya meninggi. @moh mansyur
Andrian Pratama @lensaindonesia 13 May, 2013
enclosure:
-
Source: http://www.lensaindonesia.com/2013/05/13/bu-asiah-janda-tangguh-pemburu-rezeki-halal-rp35-ribu-demi-8-anak.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
No comments:
Post a Comment