LENSAINDONESIA.COM: Dalam pertemuan The 4th Asian Leadership Conference, di Seoul, Korea Selatan, Megawati mengkritik dan sekaligus memberi tawaran gagasan, perlunya memikirkan kembali desain kelembagaan dunia baru. Tawaran baru khususnya pembentukan institusi keuangan internasional yang berangkat dari kemampuan suatu bangsa untuk berdiri di atas kaki sendiri (berdikari).
Demikian disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto dalam pesan yang sampaikan kepada Wartawan LICOM, Selasa (26/03/2013)
Baca juga: 'Ditaksir' Yusril, Puan Maharani 'Sumringah' dan Megawati: KPU-Panwaslu, Intelijen, Bermain di Pilkada Jabar!
“Megawati menyatakan, bahwa krisis berkepanjangan di Eropa dan Amerika Serikat bukan saja membenarkan keabsahan thesis besar abad ke 19 dan 20, yakni mengenai kontradiksi yang melekat dalam sistem kapitalisme, tapi sekaligus mengungkap keterbatasan yang melekat dalam desain kelembagaan dan regulasi global bagi pertumbuhan dan kesejahteraan global yang dirancang pada abad yang lalu,” ujarnya.
Menurutnya, tantangan masa depan Asia adalah bagaimana menciptakan pertumbuhan yang lebih baik dan ditandai oleh kemakmuran yang cerdas (smart welfare) sebagaimana menjadi tema konferensi tersebut.
Lebih lanjut, Megawati mengatakan, akan lebih mudah sepakat, bahwa rancang-bangun kelembagaan seperti WTO, Bank Dunia, IMF yang dibangun dengan ‘cara berpikir pada abad 20′ ini harus dipikirkan kembali. Hal ini tidak terlepas dari keyakinan dasar yang melatar belakangi lahirnya lembaga keuangan dunia tersebut yang meletakkan pasar sebagai alokator sumber daya paling efisien dan distributor sumber daya paling adil guna mewujudkan pertumbuhan dan kemakmuran global.
Menurut Megawati, keyakinan dasar abad 20 tersebut, kini sedang menapaki sebuah fase ketidak berdayaan yang tampaknya akan berakhir dengan keambrukan total. Hal ini ditandai dengan krisis di Amerika dan Eropa yang semakin dalam, dan semkin nampak dampaknya bagi pertumbuhan ekonomi di seluruh kawasan dunia.
Ia juga mengusulkan, harus ada suatu pijakan baru melalui kelembagaan dan regulasi global untuk memproduksi pertumbuhan dan mewujudkan kesejahteraan yang berangkat dari pengandaian bahwa fungsi negara adalah terbatas.
Atas dasar keterbatasan fungsi negara, maka dengan menghormati kedaulatan setiap negara, sebagai komunitas warga dunia, setiap negara bertanggung jawab untuk mampu berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) di bidang ekonomi. Dari pijakan ‘kerberdikarian’ inilah, setiap individu negara mengembangkan tanggung jawabnya untuk mewujudkan tatanan dunia yang lebih makmur dan berkeadilan.
Megawati juga mengkritik terhadap negara bangsa yang dipaksa untuk memenuhi ‘kewajiban global’ bagi bekerjanya pasar bebas, namun mengabaikan kewajiban politik dan ideologisnya untuk menjamin derajat kehidupan ekonomi yang layak, bahkan sekadar mempertahankan kehidupan yang memadai bagi warganya.
Hal tersebut, Megawati menegaskan kembali keyakinannya, bahwa hanya negara-bangsa yang memiliki kemampuan untuk berdiri di atas kaki sendiri secara ekonomi yang akan bisa memberikan sumbangan bukan saja bagi pertubuhan dan kemakmuran bagi dirinya sendiri, tapi bagi pertumbuhan yang berkelanjutan dan kemakmuran global. Dengan demikian berdikari secara ekonomi, merupakan prasyarat bagi individual negara-bangsa untuk menjadi bagian dari pergaulan ekonomi global yang mampu mendorong pertumbuhan yang sehat, sejahtera, dan lebih berkeadilan. @yuanto
Catur Prasetya @lensaindonesia 26 Mar, 2013
enclosure:
-
Source: http://www.lensaindonesia.com/2013/03/26/di-seoul-megawati-imbau-bangun-lembaga-dunia-yang-berdikari.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
No comments:
Post a Comment