Friday, April 12, 2013

Dituding potong jari pasien, berikut penjelasan RS Harapan Bunda

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!

LENSAINDONESIA.COM: Rumah Sakit Harapan Bunda (RSHB) membantah adanya pemotongan jari bayi berusia 2,5 bulan bernama Edwin Timoty Sihombing. Marketing dan Humas RSHB Dian Kristiana menegaskan, tidak ada pemotongan jari bayi yang dilakukan pihak rumah sakit. Yang benar jaringan syaraf tangan mati dan sudah terlepas sendirinya di dalam kassa.

Dia menerangkan kronologis kejadian itu, 20 Februari silam pasien datang ke IGD dengan keadaan kejang dan demam. Lalu diberikan anti kejang lewat dubur, selanjutnya pasien membaik dan masuk ke ruang rawat inap di RSHB. Selanjutnya, 22 Februari, pasien disarankan melakukan elektoen chepalograph (EEG).

Baca juga: RS Harapan Bunda dituding tak tepati janji kompensasi dan RSUD dr Hardjono Ponorogo Telantarkan Pasien patah Tulang

“23 Februari, pasien pulang paksa dengan segala resiko yang telah dijelaskannya,” ujar Dian saat ditemui, di aula lantai 4 RSHB, Jalan Raya Bogor, Kelurahan Kampung Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, Jum'at (12/4/2013).

Tanggal 26 Februari orang tua pasien datang kontrol ke dokter spesialis anak sambil memperlihatkan hasil EEG dari RSUD Pasar Rebo dan hasilnya normal. Bayi pun tidak dibawa pada saat kontrol. Orang tua pasien mengeluhkan jari telunjuk kanan anaknya berwarna kebiru-biruan. Setelah itu, pasien dikonsulkan ke dokter spesialis bedah anak di RSHB, tapi tidak melaksanakan konsul atau instruksi dari dokter spesialis anak.

Tanggal 2 Maret orang tua dan pasien datang dengan membawa surat komplain yang menyatakan tangan membiru dan membengkak. Saat itu keluarga minta pertanggung jawban dari RSHB. Lalu pihak RSHB menyarankan pasien untuk dirawat di ruang khusus perawatan anak. “Satu minggu kemudian, keluaraga pasien diberikan informasi bahwa pasien harus diamputasi ruas jari telunjuk anaknya. Ayah pasien menyetujui untuk dilakukan amputasi dengan syarat jangan sampai telapak tangan,” terangnya.

Pelaksanaan amputasi tidak lansung dilakukan dokter bedah ortopedi dengan harapan akan ada perbaikan. 2 Maret sampai hari ini, pasien masih dirawat di RSHB dengan kondisi yang cukup baik. Sekitar pukul 07.00 WIB, 31 Maret, dokter bedah ortopedi melakukan visit kepada pasien. Ditemukan ujung jari telunjuk kanan yang netprose atau jaringan mati sudah terlepas di dalam kassa. Ibu pasien dipanggil untuk diberikan informasi oleh dokter tersebut, lalu dokter tersebut memberikan antiseptik.

Berikut kesimpulan dari RSHB:
1. Terjadi netprose atau jaringan mati dikarenakan orang tua tidak kooperatif sehingga penanganan terlambat.

2. Tidak ada pemotongan jari di dalam ruang perawatan RS Harapan Bunda. Yang benar jaringan syaraf tangan mati dan sudah terlepas sendirinya di dalam kassa.@winarko/khairul

alexa ComScore Quantcast Google Analytics NOscript

Catur Prasetya @lensaindonesia 12 Apr, 2013
enclosure:


-
Source: http://www.lensaindonesia.com/2013/04/12/dituding-potong-jari-pasien-berikut-penjelasan-rs-harapan-bunda.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

No comments:

Post a Comment