LENSAINDONESIA.COM: Mengritisi soal agenda konvensi Demokrat untukmenjaring Capres 2014, pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti mengatakan, Demokrat harus bisa menunjukkan kepada Masyarakat, bahwa menerima apa yang disebut “demokratis bargain”.
“Apa yang dinamakan demokrasi itu pasti melalui suatu proses yang demokratis, tawar menawar yang demokratis, dalam KLB kemarin jelas-jelas Partai Demokrat sangat takut menerima yang menang dan merangkul yang kalah,” ujar Ikrar di Jakarta,Sabtu (13/04/2013).
Baca juga: Presiden Sipil dan Kopassus dan Hatta Rajasa tak dikirim ke konvensi capres Partai Demokrat
Menurut Ikrar, yang terjadi di Demokrat setelah konvensi Ketum Partai Demokrat di Bandung 2010 itu tidak terjadi proses-proses untuk kemudian rangkul merangkul tadi. Yang terjadi adalah gesekan-gesekan yang konyol di Partai Demokrat. Kemudian, saking konyolnya, mereka takut kalau yang jadi ketua umum bukan SBY, Demokrat akan pecah.
“Nah, sekarang bisa kah itu kemudian mereka menjamin bahwa konvensi bukan lagi apa yang saya katakan bagian dari restorasi citra atau restorasi pencitraan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ikrar mengatakan, kalau ini bagian dari restorasi pencitraan, orang tidak akan menganggap konvensi partai demokrat nanti sebagai suatu yang serius.
“Itu Demokrat yang bisa menjawabnya. Karena lagi-lagi ini sangat ditentukan dalam mekanisme dimana konvensi itu dijalankan. Mekanisme ditentukan Partai Demokrat itu gak usah ngomong soal konvensi. Kalau yang menentukan rakyat,” imbuhnya
Misalnya, coba dibawa ke Indonesia bagian Barat, bagaimana persepsi masyarakat tentang orang-orang ini. Indonesia Tengah dan Timur. Kemudian melalui survei independen, lantas dilihat apakah hasil konvensi pilihan pengurus Partai. Demokrat sama dengan elektabilitas di mata rakyat.
Ditanya apa yang harus dilakukan SBY agar tidak disebut restorasi pencitraan, misalnya secara konkrit SBY melarang keluarganya tidak maju kekonvensi?
“Menjawab pertanyaan Anda, saya cuma mengingatkan teman saya yg namanya Susilo Bambang Yudohyono (SBY) untuk kemudian menghentikan konsistensi beliau untuk kemudian membuat kebijakan yang tidak konsisten. Kenapa demikian? Bukan mustahil dia akan melakukan ketidakkonsistensinya dia,” katanya.
Contoh, lanjut Ikrar, “Perintah menteri jangan sibuk di partai, dia malah sibuk urus partai,” pungkasnya. @endang
Joko Irianto @lensaindonesia 13 Apr, 2013
enclosure:
-
Source: http://www.lensaindonesia.com/2013/04/13/pengamat-lipi-konvensi-capres-demokrat-restorasi-citra-atau-restorasi-pencitraan.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
No comments:
Post a Comment