LENSAINDONESIA.COM: Tahun Politik membuat para politisi berpikir irasional. Bagaimana bisa di sangka seorang Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid alias Yenny Wahid bisa bergabung dengan Partai Demokrat yang memiliki ideologi sekuler.
Padahal, Yenny adalah putri kandung Abdurrachman Wahid, sesepuh NU dan pendiri Partai kebangkitan Bangsa (PKB) yang berbasis kaum santri Nahdlatul Ulama (NU).
Baca juga: Posisi Yenny Wahid, Saan: Tunggu keputusan SBY dan Karena rangkap jabatan, MPR bisa lengserkan Presiden SBY
“Memang tidak rasional, tapi namanya politik. Yang rasional jadi irasional. Yang ada jadi tidak ada, yang tidak ada jadi ada,” kata pemerhati sosial politik, Agus Yohanes kepada LICOM, hari ini.
Kalau disimak perjalanan politik di tanah air ini, imbuhnya, memang kenyataannya para politisi kita berperilaku seperti itu. Semestinya bangsa kita yang penjunjung adat ketimuran, bisa menjalankan politik yang mengedepankan etika dan moralitas.
“Tapi kenyataannya, hal tersebut tdk pernah ada. Memang sungguh ironis, karena perilaku elit politik tersebut, akhirnya berdampak pula kepada perilaku elit penegak hukum. Mereka berperilaku sama dan pda akhirnya masyarakat tidak mempunyai pilihan lain sehingga menularkan penyakit yang sama,” jelas Koordinator Masyarakat Anti Korupsi.
Di tingkat masyarakat, penyakitnya berbentuk anarkisme, dan ini terjadi dimana-mana. Tindakan main hakim oleh sekelompok masyarakat, baik mengatasnamakan agama, ormas bahkan unsur kedaerahan adalah cermin bahwa masyarakat tidak lagi mempunyai patron lagi.
“Kalau ini terus dibiarkan, dan para elit tidak segera menghentikan perilaku tersebut, maka hancurnya bangsa ini tinggal menunggu waktu,” demikian Agus Yohanes. @ari
Mohammad Ridwan @lensaindonesia 10 Apr, 2013
enclosure:
-
Source: http://www.lensaindonesia.com/2013/04/10/perilaku-buruk-elit-dan-konsekuensi-buruk-di-tengah-masyarakat.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
No comments:
Post a Comment