Sunday, February 24, 2013

Beauty Politics of Anas Urbaningrum

PERTANDINGAN dimulai! Setelah sekian lama ditunggu, akhirnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)  meniup peluit tanda dimulainya pertandingan. Ya…. bola sudah dikirim ke tengah lapangan untuk dimainkan oleh kaki-kaki yang lincah.

Peluit KPK itu juga makin memperjelas adanya faksi dan perpecahan, serta carut marutnya kondisi internal Partai Demokrat yang sebenarnya. Dimulainya pertandingan itu juga mengakhiri “gerakan tanpa bola” yang selama ini dimainkan pihak-pihak yang berseberangan.

Baca juga: Cikeas Dijaga Ketat, SBY Gelar Rapat Majelis Tinggi Plus dan Anas, Status Tersangka dan Mundur dari Ketum Bukan Akhir!

Pertandingan itu diawali dengan penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka dalam kasus Hambalang oleh KPK. Umpan itu langsung diterima Anas dengan tendangan yang tak kalah keras. Bola langsung ditendang ke arah jantung Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.

Tak bisa dipungkiri, pidato mantan ketua umum Partai Demokrat itu bak dinamit bagi partai berlambang segitiga mercy tersebut. Dengan gayanya yang tenang, Anas dengan lantang membuka borok-borok Partai Demokrat. Bahkan, seorang Gede Pasek Suardika, Ketua Divisi Komunikasi Publik Partai Demokrat, dan dikenal dekat dengan Anas, tak menyangka bekas ketua umumnya itu bakal membuka isi perut Partai Demokrat.

“Anas adalah bayi yang tidak diharapkan”. Kata-kata itu jelas menunjuk ke arah SBY, selaku pemilik Partai Demokrat.

Dengan intonasi nada yang teratur, Anas menghujat petinggi Partai Demokrat. Sesuai kebiasaannya, Anas selalu menyelipkan “clue-clue” dalam setiap pernyataannya. Banyak isyarat ia kirimkan ke Cikeas, banyak pesan ia layangkan ke para loyalisnya di daerah dan banyak fakta ia akan ungkapkan, seperti janji, “Masih banyak halaman yang akan kita buka dan baca bersama-sama”.

Tak ada tetesan air mata ia tumpahkan. Kematangannya berpolitik sudah teruji. Lepas apakah Anas itu bersalah atau tidak (seperti yang ia yakini), pidato Anas menjadi sebuah titik balik apresiasi publik kepada sosok Anas, yang selama ini dicitrakan negatif oleh banyak pihak.

“Akan diuji oleh sejarah apakah Demokrat partai yang bersih atau tidak bersih. Partai yang bersih atau korup. Akan diuji partai yang cerdas atau partai yang tidak cerdas. Partai yang santun atau partai yang sadis.”

Anas bukan politisi kemarin sore. Kemarahannya ia tumpahkan dengan cara yang elegan dan santun. Tidak ada kalimat jelek keluar dari mulutnya. Namun, siapapun tahu, Anas menyimpan banyak rahasia dan mungkin pula “Kartu Truf” yang seperti dijanjikannya akan dibuka bersama-sama.

“Hari ini saya nyatakan ini baru halaman pertama. Masih banyak halaman-halaman berikutnya yang akan kita buka dan baca bersama. Tentu untuk kebaikan kita bersama”.

Melalui pidato terakhirnya sebagai ketua umum, publik diajak untuk menafsirkan sendiri, seperti apa sosok SBY dan Partai Demokrat yang sebenarnya.

Bisa jadi, pidato Anas ini akan makin menggerus elektabilitas Partai Demokrat. Bukan tanpa sebab! Pengamat boleh mencap Partai Demokrat jelek atau apapun, dan itu tidak akan berpengaruh besar pada citra partai. Namun, jika yang berbicara adalah ketua umum, maka lain lagi ceritanya.

Anas sangat indah memainkan politik “tijitibe” (mati siji mati kabeh – mati satu mati semua) dalam pidato terakhirnya. Bukan tidak mungkin, konsentrasi Partai Demokrat di hari-hari mendatang akan kacau karena harus meladeni serangan Anas dan para loyalisnya.

Kita tunggu bersama, halaman satu sudah dibuka, masih banyak halaman yang lain.

alexa ComScore Quantcast Google Analytics NOscript

Joko Irianto @lensaindonesia 24 Feb, 2013
enclosure:


-
Source: http://www.lensaindonesia.com/2013/02/24/beauty-politics-of-anas-urbaningrum.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

No comments:

Post a Comment