LENSAINDONESIA.COM: Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PAN Viva Yoga Mauladi mengritisi para Calon legislatif yang membuat dana kampanye mahal dalam sistem demokrasi terbuka seperti saat ini. Semua itu hanya berlaku bagi para politisi yang malas bekerja. Sehingga, paradigma pemilih (rakyat) sebagai barang yang bisa dibeli dapat muncul. Padahal, pemilih (rakyat) tidak butuh dibeli, tapi harus didekati (Bro!).
“Dana kampanye mahal dilakukan oleh figur yang tidak mau kerja keras mendekati konstituen. Mereka memosisikan rakyat pemilih sebagai barang yang bisa dibeli dengan uang,” ujarnya Viva di Jakarta,Selasa (23/04/2013). Artinya, dana kampanye mahal kalau politisi tidak mau kerja.
Baca juga: Janda Prabowo bersaing dengan putri Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Mau nyaleg? Siapkan dana Rp 1 miliar, Bro!
Menurut Politikus Parati PAN ini, justru semua itu akan merusak sistem demokrasi yang ada di Indonesia. Sebab,mereka menerapkan pola transaksional dalam meraih simpati masyarakat.
“Kaum instan ini tidak memiliki kedekatan ideologis dengan pemilih, karena pola yang transaksional ini. Kaum instan ini berperan penting sebagai agen yang merusak demokrasi di Indonesia,” imbuhnya.
Dia menilai, dana kampanye bisa ditekan semurah mungkin, apabila para Caleg mau bekerja keras turun langsung bertemu masyarakat tanpa harus mengerahkan basis massa.
“Dana kampanye akan murah jika para figur Caleg atau calon kepala pemerintah daerah intens turun dan menyapa rakyat, melakukan komunikasi secara dialogis, menyerap aspirasi rakyat untuk diperjuangkan menjadi program-program,” tandasnya. @endang
Andiono Hernawan @lensaindonesia 23 Apr, 2013
enclosure:
-
Source: http://www.lensaindonesia.com/2013/04/23/pan-rakyat-tidak-butuh-dibeli-tapi-harus-didekati-bro.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
No comments:
Post a Comment